Inventarisasi Keterampilan
Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat menelponku berdiskusi mengenai 7 Model Redesign Work-Life. (Jika kamu belum membaca, silahkan membaca Mau Resign Kerja? Baca dulu 7 Model Redesign Work-life).
Saat itu, kami berdiskusi mengenai materi tersebut dan bagaimana aku penerapan pada diri sendiri. Dan yang menarik adalah Skill Inventory atau Inventarisasi Keterampilan.
Artikel 7 Model Redesign Worklife bercerita bahwa ada banyak cara untuk memulai “cara baru” untuk menjadi pengusaha. Bisa memulai dengan freelancing sampai dengan membuat kelas berbayar.
Dari banyaknya pilihan “transisi” untuk menjadi pengusaha, kita perlu melihat lebih dalam lagi kedalam diri kita. Apa sebenarnya yang sudah kita bangun selama ini dalam bekerja?
Skill dan pengetahuan apa yang sudah kita miliki selama ini. Sedalam apa kita dengan skill tersebut? Beranikah kita menilai diri kita sendiri dengan label Beginner-Intermediate-Expert , dimana level keahlian kita dari skill itu?
Jika sudah memiliki berbagai macam skill yang bisa dibanggakan, GREAT. Kita patut bersyukur dan berterima kasih pada diri kita di masa lalu.
Jika sudah memiliki skill, tetapi belum merasa yakin dengan tingkat expertise-nya, bagus. Berarti kita sudah memulainya dengan cukup baik. Tugas saat ini adalah mengasahnya kembali lebih dalam. Sampai kita menguasai bidang tersebut dan bisa mulai menjualnya.
Untuk yang selama ini merasa tidak memiliki skill tertentu, jangan khawatir. Tidak ada kata terlambat untuk memulai belajar. Dan tentunya bersabar. Tentu belajar sesuatu yang baru tidaklah mudah. Pasti butuh keuletan dan kekuatan dalam mempelajarinya.
Kilas balik ke dalam diri
Selama bekerja, tentunya pasti ada suatu skill yang kita dapatkan. Sekecil apapun itu. Kita coba lakukan inventarisasi skill yang sudah kita miliki.
Misalnya, tugas selama bekerja selama ini adalah di area administrasi. Berarti mungkin kita sudah terbiasa dengan perihal pembukuan, Microsot Word , Atau Microsoft Excel. Atau karena melakukan administrasi, maka soft skill yang mungkin sudah ada adalah sabar, ulet dan detail dalam pekerjaan.
Contoh lagi, tugas kita selama bekerja adalah sebagai perencana / planner. Kita mungkin sudah banyak sekali melakukan Analisa data, pengolahan data, forecasting. Tools yang biasa kita gunakan mungkin Microsoft Word, Excel, atau Power Point. Secara Soft skill barangkali analytical thinking, komunikasi, atau problem solving kita sudah biasa melakukannya.
Jika tugas kita lebih ke arah teknis, inventarisasi ini bisa jadi lebih mudah. Umpamanya tugas pekerjaan kita adalah desainer. Berarti tools yang biasa kita gunakan mungkin Corel, Photoshop, Canva, dan software lainnya. Soft skill kita bisa jadi adalah kreatif dan stress tolerance karena sering dituntut memenuhi tenggat waktu tertentu.
Pekerjaan | Soft Skill | Range | Hard Skill (Technical) | Range |
Perencana / Planner | Analytical Thinking | Beginner/ Intermediate / Expert | Microsoft Word | Beginner/ Intermediate / Expert |
Communication | Beginner/ Intermediate / Expert | Microsoft Excel | Beginner/ Intermediate / Expert | |
Problem Solving | Beginner/ Intermediate / Expert | Microsoft Power Point | Beginner/ Intermediate / Expert | |
SAP | Beginner/ Intermediate / Expert |
Apa tujuan melakukan inventarisasi ini?
Untuk melihat secara jelas, sudah sejauh mana pencapaian pengembangan diri kita. Apakah kita sudah banyak berkembang dari pekerjaan kita saat ini? Inventarisasi skill juga dilakukan untuk melihat disisi mana kita mau mengembangkan diri kita dari kondisi saat ini.
Relevansi Masa Depan
Menurut World Economic Forum Future of Jobs Report, 50% dari total karyawan perlu di reskilling di tahun 2025 karena perubahan teknologi. Selain itu, muncul beberapa skill baru yang sangat dibutuhkan di lima tahun mendatang. Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan, Apakah skill yang kita miliki masih mencukupi untuk kebutuhan masa depan?
Top 10 Skill tahun 2025
- Analytical Thinking and Innovation
- Active Learning and learning strategies
- Complex Problem- Solving
- Critical Thinking and analysis
- Creativity, originality, and initiative
- Leadership and social influence
- Technology use, monitoring and control
- Technology design and programming
- Resilience, stress tolerance and flexibility
- Reasoning, problem-solving and ideation

Dari inventarisasi skill yang sudah kita lakukan sebelumya, kita bisa mulai selaraskan dengan apa yang dibutuhkan pada tahun 2025. Misalnya kita seorang perencana/ planner, kita bisa melatih dan memperdalam analitycal thinking yang kita miliki.
Di sisi technical skill / teknologi, karena planner sudah terbiasa dengan mengolah data dengan Excel, mungkin kita dapat memperdalamnya dengan mengikuti pelatihan excel. Atau memulai belajar teknologi yang mirip dengan Excel misalnya pengolahan database, penyajian data via Power BI, atau Google Data Studio.
Belajar dari Internet
Untuk meningkatkan skill kita, kita bisa banyak belajar dari source di Internet. Saat ini, banyak sekali materi tersebar di dunia Maya.
Kita bisa belajar dari blog personal, pelatihan online baik yang gratis ataupun berbayar. Untuk yang gratis tersebar di bermacam blog. Kita butuh keuletan dalam mencari begitu banyaknya sumber yang ada.
Untuk yang lebih terstruktur dan sistematis, kita bisa menegok ke website penyedia pembelajaran. Buat kamu yang memilih pembelajaran berbahasa Indonesia, kita bisa belajar dari IndonesiaX. Website ini menyediakan banyak “materi mahal” yang gratis. Kita hanya modal internet dan waktu. Jika butuh sertifikatnya, kita bisa tebus sertifikatnya dengan biaya yang cukup murah. Ada juga SkillAcademy dari Ruangguru yang berbayar.
Kalau cukup jago bahasa Inggris, lebih banyak lagi penyedianya. Coba search di Google : “Online Course”. Kita akan mendapatkan Edx, Coursera, Online Learning Harvard, dan banyak penyedia online course lainnya. Ada yang gratis, ada pula yang berbayar.
Untuk materi spesifik yang ingin dipelajari, bisa juga dari penyedia Online Course khusus di bidang tertentu. Misalnya seperti saat ini aku sedang mempelajari Bidang Digital Marketing. Penyedia training khusus digital marketing adalah RevoU, Rakamin, Ratakan, dan yang lainnya.
Aku juga mempelajari dari para “mastah” digital marketing seperti ko Denny Santoso untuk List Building. Kang Dewa Eka Prayoga untuk Affiliate Marketing dan Sales. Pak Rianto Astono untuk SEO dan banyak ahli lainnya yang sudah mendalami digital marketing lebih dari 10 tahun. Di blog ini juga biasanya aku rekomendasikan training yang aku ikuti di banner sebelah kanan post ini (atau bagian bawah jika kamu akses dari HP), atau kadang aku bahas di artikel seperti ini .
Penutup
Ada satu hadist yang baru aku dengar dari seorang Ustadz dan sangat berbekas untukku.
Ihrish ‘ala ma yan fauka was tain billah wa la ta’jiz
Hendaklah engkau semangat melakukan apa yang bermanfaat bagi dirimu dan memohon pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau merasa lemah (HR. Muslim)
Kita (untuk kamu yang muslim), memang harus selalu bersemangat dalam melakukan apa yang bermanfaat. Tentunya, kita semua sepakat bahwa terus meningkatkan skill adalah hal yang bermanfaat. Jadi, Semangat yuk!
Semoga Bermanfaat
Faisal Jamil